Puisi: Intelektual Terlantar

Karya: Eka Fitrtiani


Berguguran dedaunan pada ranting
Akar  dan tunas pun mulai lenyap berbaur tanah 
Bahkan di jantung kota ini tak lagi kutemui denyut nadi-nadi pepohonan
semuanya telah tergadai dengan tanaman beton yang megah,
Dihuni oleh mereka yang  berdasi
Memang kadang kursi empuk dan pengetahuan membutakan mata hati
Cobalah untuk  melirik kesudut kota ini, tidakkah kau  temukan mereka yang terasing dari pena dan kitab-kitab kusam
Padahal di podium  kemarin telah di bincangkan
Tentang mereka yang telah lantak oleh derita
Tak  adakah setetes air untuk kerongkongan mereka yang dahaga mengeja bait-bait kehidupan
Tak adakah  nyanyian nurani yang lebih indah dari janji-janji tak bertuang
Tak  adakah sehelai kain untuk  temani mereka yang telah kusam tertikam mentari
Atau mereka hanya dijadikan jualan, demi cerita dongeng selanjutnya
Lihat bocah kecil, dekil dan berbau pesing itu
Mereka adalah bongkahan cahaya yang di redupkan oleh tirani
Namun, Teriakan perih mungkin tak terbawa angin
Hingga hampa bertandang  ketelinga
Bocah kecil itu kemudian berdebat dengan nurani bisu.
Apakah pena yang ingin kami coretkan pada kertas telah kehabisan tinta?
Tak tersisahkah seragam yang layak untuk kami pakai?
Ataukah bangku-bangku sekolah kini telah retak termakan rayap?
Lalu…
Siapakah yang akan jawab tanya mereka,
Kalau bukan aku, kamu dan kalian yang berdasi di sana
Jawablah tanya mereka

Puisi dari hati para intelektul terlantar


Ef Triani

Post a Comment

3 Comments